ISLAM: Ahlus Sunnah dan Berbagai Aliran Serta Mazhab Pasca Rasulullah SAW

Rabu, 29 Mei 2024 - 05:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

  1. Pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah

Usai Rasulullah wafat, muncul berbagai aliran dan pemahaman, baik dalam bidang Akidah, Fiqh dan tasawuf. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah saat beliau masih hidup:

عن أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَاريةَ رَضي الله عنه قَالَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ، وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ، فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَأَوْصِنَا، قَالَ : أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ   عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ   وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ [رَوَاه داود والترمذي وقال : حديث حسن صحيح

 

Dari Abu Najih Al Irbadh bin Sariyah radhiallahuanhu dia berkata :” Rasulullah SAW memberikan kami nasehat yang membuat hati kami bergetar dan air mata kami bercucuran. Maka kami berkata : “Ya Rasulullah, seakan-akan ini merupakan nasehat perpisahan, maka berilah kami wasiat!”. Rasulullah SAW bersabda : “Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Karena diantara kalian yang hidup (setelah ini) akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat”.

(Riwayat Abu Daud dan Turmuzi, dia berkata : hasan shahih)

 

Kata atau istilah Ahlussunnah wal Jama’ah diambil dari hadis Imam Thabrani sebagai berikut:

افترقت اليهود على إحدى أو اثنتين وسبعين فرقة ، وافترقت النصارى على إحدى أو اثنتين وسبعين فرقة ، وستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة، الناجية منها واحدة والباقون هلكى. قيل: ومن الناجية ؟ قال: أهل السنة والجماعة. قيل: وما السنة والجماعة؟ قال: ما انا عليه اليوم و أصحابه

 

“Orang-orang Yahudi terpecah menjadi 71  atau 72 golongan, orang Nasrani bergolong-golong menjadi 71 atau 72 golongan, dan umatku (kaum muslimin) akan bergolong-golong menjadi 73 golongan.  Yang selamat dari padanya satu golongan dan yang lain celaka. Ditanyakan ’Siapakah yang selamat itu?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ahlusunnah wal Jama’ah’. Dan kemudian ditanyakan lagi, ‘apakah assunah wal jama’ah itu?’ Beliau menjawab, ‘Apa yang aku berada di atasnya, hari ini, dan beserta para sahabatku (diajarkan oleh Rasulullah SAW dan diamalkan beserta para sahabat).

 

  1. Ahli Sunnah dalam bidang Akidah.

            Rasul juga menyifati Ahli Sunnah Waljamaah dengan kelompok yang selamat ( Firqah Najiah)  yang terdiri dari mayoritas umat ini (sawadul a’dham). Imam ‘adhduddin Al-Ijiy menjelaskan kelompok yang selamat ini ( Firqah Najiah)  dengan ucapannya:

وأما الفرقة الناجية المستثناة الذين قال النبي هم الذين على ما أنا عليه وأصحابي فهم الأشاعرة والسلف من المحدثين وأهل السنة الجماعة ومذهبهم خال من بدع هؤلاء.

“Kelompok selamat (Firqah Najiah) yang tidak termasuk dalam kelompok sesat sebagaimana yang terdapat di dalam hadis Nabi adalah pengikut Imam Asy’ari dan pengikut ulama salaf dari kalangan ulama hadis dan ahli sunnah waljamaah. Mazhab mereka merupakan mazhab yang tidak bercampur dengan ahli bid’ah” (Al-Mawaqif, hlm. 430).           .

Imam Al-Jalal Addawani berkata:

الفرقة الناجية وهم الأشاعرة اي النابعون في الأصول للشيخ أبي الحسن…فإن قلت: كيف حكم بأن الفرقة الناجية هم الأشاعرة؟وكل فرقة تزعم أنها ناجية؟قلت سياق الحديث مشعر بأنهم-يعني الفرقة الناجية-المعتقدون بما روي عن النبي وأصحابه، وذلك إنما ينطبق على الأشاعرة فإنهم متمسكون على عقائدهم بالأحاديث الصحيحة المنقولة عنه صلى الله عليه وسلم وعن أصحابه ولايتجاوزون عن ظواهرها إلالضرورة ولايسترسلون مع عقولهم كالمعتزلة.

“Kelompok yang selamat adalah Asya’irah yaitu pengikut Abu Hasan Al-Asy’ari …, jika ditanyakan: ” Bagaimana diketahui bahwa kelompok yang selamat itu adalah pengikut Asy’ari?, sedangkan setiap kelompok mengakui dirinya sebagai kelompok yang selamat?, aku berkata:” Kandungan hadis memberi isyarah bahwa kelompok yang selamat itu adalah kelompok yang  berkeyakinan seperti yang diriwayatkan dari Nabi dan sahabatnya. Akidah kelompok yang selamat ini sangat sama dengan akidah Asy’ari karena dalam akidah mereka berpegang dengan hadis yang sahih yang diriwayatkan dari Nabi SAW dan sahabatnya. Mereka tidak mentakwilkan hadis dari lafaz dhahirnya kecuali karena terpaksa dan mereka tidak menyerahkan pemahamannya kepada akal saja” (Syarah Aqidah Al-‘adhiyah, J. 1, hlm. 34).

Mengkhususkan Ahli Sunnah Waljamaah kepada pengikut Imam Asy’ari sebagaimana yang terdapat di dalam kitab-kitab ulama disebabkan karena mereka adalah mayoritas ahli sunnah. ini bukan berarti selain mereka tidak termasuk dalam golongan ahli sunnah waljamaah, karena kelompok selainnya juga termasuk ahli sunnah waljamaah selama mereka mempunyai prinsip dan akidah yang sama dengan dengan akidah Asya’irah. Imam Ibnu Ajibah berkata:

أما أهل السنة فهم الأشاعرة ومن تبعهم في اعتقادهم الصحيح كما هو مقرر في كتب أهل السنة.

“Ahli sunnah waljamaah adalah pengikut asy’ari dan orang yang mengikuti mereka dalam iktiqad yang benar sebagaimana yang terdapat dalam ahli sunnah waljamaah” (Bahrul Madid, hlm. 607).

Sifat mereka sangat sesuai dengan akidah Asya’irah dan Maturidiah serta Ashabul Hadis karena mereka adalah mayoritas umat Islam dan mereka tidak mungkin bersatu di dalam kesesatan sesuai dengan hadis Nabi SAW yang berbunyi:

لا تجتمع أمتي على الضلالة

“Umat ini tidak akan berkumpul di atas kesesatan” (Al-Maqasid Al-Hasanah, Hadis No. 1288)

Imam Tajuddin As-Subki berkata:

اعلم أن أهل السنة والجماعة كلهم قد اتفقوا على معتقد واحد فيما يجب ويجوز ويستحيل وإن اختلفوا في الطرق والمبادئ الموصلة لذلك أو في لمية ما هنالك وبالجملة فهم بالاستقراء ثلاث طوائف:

 الأولى: أهل الحديث ومعتمد مباديهم الأدلة السمعية أعني الكتاب والسنة والإجماع.

الثانية: أ هل النظر العقلي والصناعة الفكرية وهم الأشعرية والحنفية وشيخ الأشعرية أبو الحسن الأشعري، وشيخ الحنفية ابو منصور الماتوردي…

والثالثة: أهل الوجدان والكشاف وهم الصوفية ومباديهم مبادئ أهل النظر والحديث في البداية والكشف والإلهام في النهاية.

“Ketahuilah olehmu bahwa Ahli Sunnah Waljamaah telah menyepakati segala sifat yang wajib bagi Allah dan sifat yang mustahil bagiNya serta sifat yang boleh padaNya, Sekalipun terdapat perbedaan di antara mereka tentang metode dan prinsip dalam menetapkan ketiga macam sifat itu, namun perbedaan di antara mereka ini terbatas pada sebab dan illatnya. secara keseluruhan, ahli sunnah merupakan 3 kelompok mayoritas umat ini, yaitu: Kelompok pertama adalah Ahsabul Hadis, prinsip mereka adalah berpegang kepada Dalil Sam’iyah atau yang dikenal dengan dengan Dalil Naqyi, yaitu dalil yang diambil dari ayat dan hadis serta ijmak ulama. Kelompok kedua adalah kelompok pemikir yang menggabungkan antara dalil akal dengan dalil naqly, mereka adalah pengikut Abu Hasan Asy’ari. Sedangkan Abu Mansur Al-Maturidi merupakan imam bagi mayoritas pengikut mazhab Hanafi dalam bidang akidah. Kelompok ketiga adalah kelompok wijdani (perasaan), suara hati dan kasyaf,  Mereka adalah kaum sufi. Sumber akidah mereka pada permulaannya diambil dari Ahlul Nadhar (pemikir) dan Ahlul hadis, lalu akhirnya mereka mendapatkan ilham dan kasyaf” ( Ittihaf Sadatul Muttaqin, J.2, hlm. 6)

  1. Ahli Sunnah dalam bidang Fiqh.

Dalam bidang fiqh, Ahli Sunnah berpegang teguh kepada firman Allah yang menyuruh setiap muslim yang mempunyai kemampuan beristinbath hukum (mengeluarkan hukum dari Al-Qur’an dan hadis) yakni orang yang dikenal dengan istilah Qadirun Ala Istinbatil Ahkam agar kembali kepada Al-Qur’an dan hadis, namun apabila tidak mempunyai kemampuan itu Ajizun An Istinbatil Ahkam, maka Al-Qur’an memerintahkan agar bertanya kepada ahlul ilmu (ulama) agar mendapatkan ilmu yang benar dan agar tidak sembrono sehingga terlanjur menafsirkan Al-Qur’an dan hadis hanya berdasarkan pendapatnya saja yang diancam Rasulullah dengan neraka. Ayat yang dimaksud adalah:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, serta ulil amri diantara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59).

 

Kemudian firman Allah yang menyuruh bertanya kepada ulama dalam surat An-Nahl ayat: 43 dan surat al-Anbiya ayat 7:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui”.

Mazhab-mazhab fiqh muncul pada abad ke-3 Hijriyah. Imam-imam mazhab itu hidup pada masa tabi’in dan masa tabi’ tabi’in, seperti Imam Syafi’i itu lahir tahun 150 Hijriyah dan wafat tahun 204 Hijriyah. Jadi pertumbuhan mazhab itu sekitar abad ke-3 Hijriyah. Ada empat mazhab yang terkenal dari mazhab-mazhab yang jumlahnya sangat banyak. Yang terkenal itu, tersebar di seluruh dunia, ada mazhab Imam Abu Hanifah, tokohnya namanya Abu Hanifah An-Nu’man, pengikutnya namannya al-Hanafiyah. Kemudian ada mazhab Imam Malik Bin Anas, pengikutnya namanya al-Malikiyah. Kemudian, ada mazhab Imam al-Syafi’i, pengikutnya namanya as-syafi’iyyah. Kemudian ada mazhab imam Ahmad bin Hambal. Menurut penelitian terakhir itu jumlah pengikut mazhab ini dari 96 % umat Islam dunia itu adalah pengikut fiqih dari mazhab empat ini. mazhab Abu Hanifah itu sebanyak 48 % dari 96 % umat Islam yang tradisional. Kemudian mazhab Imam Malik diikuti oleh 28 % umat Islam dunia, dan mazhab Imam Syafi’i 15 %, dan mazhab Imam Ahmad bin Hambal 2 %.

  1. Ahli Sunnah dalam bidang Tasawuf

Tasawuf adalah ilmu yang lebih cenderung mengurus tentang urusan hati dan cara-cara membersihkannya, sebagaimana disampaikan oleh Sayyid Murtadha Az-Zabidi:

 تَطْهِيْرُ الْبَاطِنِ وَالظَّاهِرِ مِنَ الْآثَامِ الخَفِيَّةِ وَالْجَلِيَّةِ مِنْ أَوَائِلِ التَّصَوُّفِ

Artinya, “Menyucikan batin dan lahir dari dosa-dosa yang tidak jelas dan yang jelas, merupakan awal mula dari tasawuf. (Az-Zabidi, Ithafus Sadatil Muttaqin, [Bairut, Tarikh al-‘Arabi: 1994], juz VIII, halaman 477).

Senada dengan apa yang disampaikan oleh Syekh Abul ‘Abbas Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Isa Zarruq Al-Fasi, (wafat 899 H) seorang ulama sufi, asal Maroko. Ia mengatakan:

 التَصَوُّفُ عِلْمٌ قُصِدَ لِاِصْلَاحِ الْقُلُوْبِ وَاِفْرَادِهَا للهِ تَعَالَى عَمَّا سِوَاهُ.

Artinya, “Ilmu tasawuf adalah ilmu yang dimaksudkan untuk memperbaiki hati dan menyendirikannya (hati) hanya untuk Allah swt dari selain-Nya.” (Ahmad Zarruq al-Fasi, Qawa’idut Tasawwuf, [Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, Lebanon: 2005], halaman 25).

Imam Maliki menjelaskan urgensi mempelajari dan mengamalkan tasawuf dengan ucapannya:


من تصوف ولم يتفقه فقد تزندق ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسّق ومن جمع بينهما فقد تحقق

“Barangsiapa bertasawuf tanpa fiqih maka akan menjadi zindiq, barangsiapa berfiqih tanpa tasawuf maka akanmenjadi fasiq, dan barangsiapa mengamalkan keduanya maka akan mencapai hakikat” (Hasiyah al-Adawi ala’ syarh al-Imam az-Zarqoni ala’ matn al-Aziyah fi al-Fiqh al-Maliki (195/3)

Imam Malik menjelaskan, bahwa ketika orang bertasawuf namun tidak mempunyai pengetahuan tentang fiqih akan menjadi zindiq, dia seenaknya meninggalkan syari’at karena merasa sudah dekat dengan Allah, begitu juga orang yang tahu fiqh namun tidak bertasawuf, dia akan bermudah-mudahan dalam menjalankan syari’at tanpa peduli kualitasnya.

Ahli Sunnah berpegang kepada mazhab Imam Junaid Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali dalam bidang Tasawuf dengan beberapa alasan, antara lain:

Pertama, konsistensi terhadap Al Quran dan as Sunnah. Kecerdasannya di bidang studi ilmu Al Quran, hadis dan fiqh memang tidak perlu diragukan lagi. Ia membawa pengaruh positif terhadap perkembangan ilmu keagamaan pada saat itu. Di antara perkataan al Junaid yang terkenal dan dijadikan kaidah kalangan sufi adalah kalimatnya yang berbunyi: “Ilmu kami ini (tasawuf) dibangun dengan pondasi al Kitab dan Sunnah. Barangsiapa yang belum hafal Al Quran, belum menulis hadis dan belum belajar ilmu agama secara mendalam, maka ia tidak bisa dijadikan panutan dalam tasawuf.”

Kedua, konsistensi terhadap syari’at. al Junaid membangun konsep tasawufnya di atas pondasi konsistensi terhadap syari’at yang selalu dipegang teguh dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, tasawuf tidak bisa diikuti sebagian saja sementara sebagian yang lain tidak. Tasawuf harus diikuti secara komprehensif.

Konsistensi pada syari’at juga dicontohkan sendiri oleh al Junaid. Abu bakar al ‘Athawi berkata, “Al Junaid tidaklah berhenti shalat dan membaca Al Qu’an, sedang beliau dalam keadaan sakit keras, hingga pada waktu beliau menghembuskan nafas yang terakhir, telah dibacanya 70 ayat dari surat al Baqarah sebagai ulangan membaca Al Quran kesekian kalianya dalam keadaan sakit.”

Ketiga, kebersihan akidah. Imam al Junaid membangun madzhab di atas pondasi akidah yang bersih, yakni akidah Ahlussunnah Waljama’ah. Tidak sedikit orang pada masanya yang terjerumus pada akidah menyimpang seperti akidah hululiyah (tuhan menempati makhluk-Nya), akidah mubahiyyah (membolehkan semua larangan syari’at, yang luarnya Islam namun batinnya menyimpang dari pokok-pokok agama).

Akidah yang diajarkan dalam tasawuf al Junaid merupakan ajaran akidah yang simpel, mudah dicerna, dan bersih dari tajsim, tasybih, hulul dan ibahi. Salah satu pernyataan al Junaid yang populer dalam soal akidah adalah salah satunya ketika ditanya tentang tauhid, ia menjawab, “Tauhid ialah membedakan Dzat yang tidak mempunyai permulaan dari menyerupai makhluk-Nya yang baru.” Jawaban ini mengisyaratkan bahwa akidah Ahlussunnah Waljama’ah  menganut tanzih (menyucikan Tuhan dari menyerupai makhluk-Nya) dan jauh dari tajsyim dan tasybih.

KeempatTasawufnya yang moderat. Tasawuf yang dibangunnya ialah tasawuf moderat, yang merupakan ciri khas ajaran Ahlussunnah Waljama’ah. Dalam hadis dikatakan, “Sebaik-baiknya perkara adalah yang moderat (khair al umur ausathuha)”. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra juga mengatakan: “Ikutilah kelompok yang bersikap moderat, yang dapat diikuti orang-orang dibelakangnya dan menjadi rujukan orang-orang yang berlebihan (ekstrim).”

Syekh Nawawi Banten juga menyebutkan sejak awal Imam Junaid Al-Baghdadi sebagai panutan umat dari sisi tasawuf. Menurutnya, Imam Junaid Al-Baghdadi layak menjadi pembimbing umat dari sisi tasawuf karena kapasitas ilmu dan amalnya.

   ويجب على من ذكر أن يقلد في علم التصوف إماما من أئمة التصوف كالجنيد وهو الإمام سعيد بن محمد أبو القاسم الجنيد سيد الصوفية علما وعملا رضي الله عنه والحاصل أن الإمام الشافعي ونحوه هداة الأمة في الفروع والإمام الأشعري ونحوه هداة الأمة في الأصول والجنيد ونحوه هداة الأمة في التصوف فجزاهم الله خيرا ونفعنا بهم آمين  

Artinya, “Ulama yang disebutkan itu wajib diikuti sebagaimam perihal ilmu tasawuf seperti Imam Junaid, yaitu Sa’id bin Muhammad, Abul Qasim Al-Junaid, pemimpin para sufi dari sisi ilmu dan amal. Walhasil, Imam Syafi’i dan fuqaha lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang fiqih, Imam Asy’ari dan mutakallimin lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang aqidah, dan Imam Junaid dan sufi lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang tasawuf. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dan semoga Allah memberikan manfaat kepada kita atas ilmu dan amal mereka. Amiiin,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zein, [Bandung, Al-Maarif: tanpa catatan tahun], hal. 7).

Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Syekh M Ibrahim Al-Baijuri. Menurutnya, jalan terang dan keistiqamahan Imam Junaid Al-Baghdadi di jalan hidayah patut menjadi teladan. Ilmu dan amalnya dalam bidang tasawuf membuat Imam Junaid layak menjadi pedoman.

  وقوله هداة الأمة أي هداة هذه الأمة التي هي خير الأمم بشهادة قوله تعالى كنتم خير أمة أخرجت للناس فهم خيار الخيار لكن بعد من ذكر من الصحابة ومن معهم والحاصل أن الإمام مالكا ونحوه هذاة الأمة في الفروع والإمام الأشعري ونحوه هداة الأمة في الأصول أي العقائد الدينية والجنيد ونحوه هداة الأمة في التصوف فجزاهم الله عنا خيرا ونفعنا بهم   

Artinya, “Perkataan ‘pembimbing umat’ maksudnya adalah pembimbing umat Islam ini, umat terbaik sebagaimana kesaksian firman Allah SWT dalam Al-Qur’an ‘Kalian adalah sebaik-baik umat yang hadir di tengah umat manusia.’ Mereka para imam itu adalah orang pilihan di tengah umat terbaik tetapi derajatnya di bawah para sahabat Rasulullah dan tabi’in. walhasil, Imam Malik dan fuqaha lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang furu’ atau fiqih. Imam Asy’ari dan mutakalimin sunni lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang ushul atau aqidah. Imam Junaid dan sufi lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang tasawuf. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dan semoga Allah memberikan manfaat kepada kita atas ilmu dan amal mereka,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyah Tuhfatil Murid ala Jauharatit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa catatan tahun], halaman 90).

 

  1. Aliran-aliran selain Ahli Sunnah

            Agama Islam dalam salah satu hadis Nabi Muhammad SAW akan terpecah menjadi 73 golongan. Dari setiap golongan ini kemudian memahami dan menyampaikan Islam sesuai versi mereka masing-masing. Menurut Farid Zainal Effendi, aliran dalam Islam mulai muncul ketika perang Siffin (37 H) antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah.

Pada saat itu kelompok Ali bin Abi Thalib berperang melawan kelompok Muawiyah hingga peristiwa Tahkim menjadi penanda kemenangan pihak Ali bin Abi Thalib. Kekalahan tersebut menjadi dasar Muawiyah untuk mengambil jalan damai dengan pihak Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, inisiatif Muawiyah untuk berdamai tersebut mendapat reaksi yang berbeda dari golongan Ali bin Abi Thalib. Ada yang menyetujui perdamaian tersebut ada pula yang tidak dan berimbas pada perpecahan golongan Ali bin Abi Thalib.

Sejak saat itu, aliran Islam terus bertambah yang memiliki pendapat dan pemikiran yang berbeda-beda tentang Islam. Ada beberapa aliran teologi yang pernah menjadi aliran yang mempunyai banyak pengikut pada masanya hingga akhirnya ada yang lenyap dan ada juga yang masih eksis sampai kini. berikut rangkumannya:

  1. Khawarij

Aliran ini merupakan golongan yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib saat menyikapi perdamaian peristiwa Tahkim oleh Muawiyah. Kata Khawarij berasal dari bahasa Arab yang berarti keluar. Aliran ini sering disebut aliran ekstrem. Sebab mereka menganggap keputusan Ali dan golongannya yang setuju berdamai dengan Muawiyah adalah kafir dan halal darahnya.

  1. Syiah

Berseberangan dengan Khawarij, aliran Syiah sejalan dengan Ali bin Abi Thalib. Bahkan, Syiah ini merupakan aliran yang fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib. Mereka memiliki pandangan tentang Islam di antaranya menganggap bahwa Alquran yang sekarang mengalami perubahan dan pengurangan. Menurut mereka, Alquran yang asli berada di tangan Al Imam Al Mastur (Syiah Imamiyah).

Terlebih lagi, golongan ini tidak mengamalkan hadis kecuali dari jalur keluarga Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya itu, kelompok ini juga menghalalkan nikah mut’ah atau yang sering disebut kawin kontrak.

  1. Muktazilah

Aliran selanjutnya adalah golongan yang dikenal dengan sebutan ‘kaum rasionalis Islam’ karena dalam memahami sesuatu lebih berdasarkan pada akal. Aliran ini berpendapat bahwa orang Islam yang berdosa besar bukan kafir juga bukan mukmin, tetapi berada di antara keduanya.

Pandangan lain dari Muktazilah adalah hanya mengakui peristiwa Isra Rasulullah SAW, tetapi tidak mengakui Mi’raj Nabi ke langit. Selain itu aliran ini tidak mengakui siksa kubur, tidak percaya perhitungan amal hingga tidak percaya akan syafaat Nabi di Hari Kiamat.

  1. Murjiah

Murjiah berasal dari kata ‘irja’ yang berarti menangguhkan. Aliran ini berpandangan bahwa orang berdosa tidak termasuk kafir dan tidak kekal dalam neraka. Mereka yang berpendapat demikian termasuk golongan Murjiah moderat. Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa orang Islam yang percaya pada Allah kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidak menjadi kafir sebab iman itu terletak di dalam hati.
Golongan ini termasuk dalam golongan Murjiah ekstrem.

  1. Qadariyah

Aliran selanjutnya berasal dari kata ‘qadr’ yang artinya mampu atau berkuasa. Kelompok Qadariyah berpendapat bahwa manusia memiliki kuasa untuk menentukan jalan hidupnya. Selain itu, aliran ini berpandangan bahwa segala yang dilakukan manusia karena manusia memiliki kekuatan untuk mengendalikan dirinya sendiri.

  1. Jabariyah

Berbanding terbalik dengan Qadariyah, aliran Jabariyah memandang bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan kekuatan untuk menentukan kehendak dan perbuatannya.

Masih banyak aliran-aliran akidah yang menyimpang selain yang disebutkan di atas, ada yang dihukumi ulama sebagai aliran akidah yang sudah keluar dari Islam dikarenakan sudah mengingkari hal-hal yang dharuri dalam Islam dan hal-hal yang telah ijma’ ulama atasnya, ada juga yang sekedar divonis sesat karena melenceng dari hal-hal yang disepakati Ahli Sunnah namun belum jatuh dalam kekafiran. Karena itu, menuntut ilmu agama, baik fan/bidang Akidah, Fiqh dan Tasawuf serta mentashihkan sebuah ilmu dan pemahaman yang meragukan kepada alim ulama yang mempunyai kapasitas dan sanad keilmuan yang jelas merupakan sebuah keniscayaan agar terhindar dari aliran-aliran yang menyimpang. Wallahua’lam.

 

Penulis : Tgk. Dr. Mannan, M.Ed. (Dosen IAIN Lhokseumawe)

Berita Terkait

Sekretaris Dewan Fatwa Al Washliyah: Cabut atau Revisi PP. 28 Tahun 2024 yang Sediakan Alat Kontrasepsi Untuk Siswa
Dewan Fatwa Al Washliyah Gelar Muzakarah
Himbauan Dewan Fatwa Al Jam’iyatul Washliyah Tentang Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban 1445 H.
Fatwa tentang Tarekat, Kahin, Nama-nama Malaikat, dan Menghampirkan Diri Dengan Ruh-ruh dan Jin
Fatwa tentang Loterij, Mandi Safar, Mentonelkan Nabi-nabi, dan Fitrah Anak Yatim*
Fatwa tentang Ordonantie Perkawinan*
CAS Ikut Sosialisasikan Keputusan Dewan Fatwa Al Washliyah
Resolusi Jihad Kaum Santri di Sumatera

Berita Terkait

Sabtu, 8 Februari 2025 - 02:11 WIB

Al Washliyah Gelar Workshop Tingkatkan Reputasi Jurnal

Senin, 8 Juli 2024 - 12:41 WIB

LKSA Sukses Gelar Konferensi Internasional ICIAS 2024

Rabu, 3 Juli 2024 - 04:24 WIB

Pentingnya Menerapkan Edukasi Keuangan di Perguruan Tinggi untuk Mencegah Kecanduan terhadap Judi Online

Minggu, 23 Juni 2024 - 13:16 WIB

LKSA Siap Gelar Konferensi Internasional 6 Juli Mendatang

Selasa, 21 Mei 2024 - 03:20 WIB

Dr. Ja’far Beri Sambutan di Pelantikan LEKISMA Al-Furqan

Jumat, 1 Maret 2024 - 15:53 WIB

LKSA Gelar Ngaji Naskah Ulama Al Washliyah

Senin, 1 Januari 2024 - 15:30 WIB

LKSA Gelar Konferensi Internasional Tahun 2024

Senin, 25 Desember 2023 - 01:49 WIB

Ilmu Akidah Solusi Melahirkan Muslim Yang Bertaqwa

Berita Terbaru

Pendidikan

Al Washliyah Gelar Workshop Tingkatkan Reputasi Jurnal

Sabtu, 8 Feb 2025 - 02:11 WIB

Internasional

LKSA PB Al Washliyah Hosts International Seminar

Senin, 23 Des 2024 - 08:48 WIB

Fatwa

Dewan Fatwa Al Washliyah Gelar Muzakarah

Sabtu, 13 Jul 2024 - 09:21 WIB