Pendahuluan
Artikel ini secara umum mengkaji peran dayah di Aceh dalam mentransmisikan ilmu-ilmu keislaman. Secara khusus, pembahasan difokuskan pada dua aspek utama. Pertama, sejarah dan perkembangan Dayah Nurul Islam sebagai lembaga pendidikan Islam. Kedua, peran dayah tersebut dalam mengajarkan kitab kuning sebagai bagian dari sistem pendidikan Islam tradisional di Aceh.
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan Tgk. Sulma, S.Pd., selaku Sekretaris Dayah Nurul Islam, yang dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2024. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif guna menggali secara mendalam struktur, kurikulum, dan nilai-nilai yang diterapkan di Dayah Nurul Islam sebagai model pendidikan dayah modern di Aceh.
Sejarah dan Perkembangan Dayah
Dayah Nurul Islam merupakan lembaga pendidikan Islam yang berlokasi di Gampong Keude Karing, Kecamatan Meurah Mulia, Kabupaten Aceh Utara. Latar belakang pendiriannya berawal dari kebutuhan masyarakat yang kesulitan mengakses pendidikan agama karena harus menempuh jarak jauh dengan alat transportasi yang terbatas. Kondisi ini mendorong masyarakat setempat mengadakan rapat umum pada 17 November 2003 untuk membahas pendirian dayah di wilayah mereka. Hasil rapat tersebut kemudian diwujudkan dengan berdirinya Dayah Nurul Islam pada awal tahun 2004.
Hubungan antara Dayah Nurul Islam dengan masyarakat Keude Karing sejak awal telah terjalin erat. Hubungan ini menjadi kekuatan utama dalam pengelolaan dan pengembangan dayah. Selain berfungsi sebagai pusat pendidikan, dayah ini juga turut berkontribusi dalam mendukung program-program pemerintah di bidang sosial dan keagamaan. Dengan demikian, Dayah Nurul Islam bukan hanya mencetak generasi berilmu, tetapi juga menjadi mitra strategis dalam pembangunan masyarakat.
Pada tahap awal, Dayah Nurul Islam dimulai dari skala kecil dengan fasilitas yang terbatas dan hanya melibatkan ulama setempat sebagai pengajar. Namun seiring waktu, jumlah santri meningkat, tidak hanya dari Keude Karing, tetapi juga dari berbagai daerah di Aceh Utara. Perkembangan ini diikuti dengan peningkatan fasilitas fisik dan jumlah tenaga pengajar, menjadikan Dayah Nurul Islam sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang disegani di wilayah tersebut.
Lulusan dayah ini telah banyak memberikan kontribusi di masyarakat, baik sebagai ulama, guru, tokoh agama, maupun pemimpin di berbagai sektor. Capaian ini menunjukkan bahwa Dayah Nurul Islam berhasil menjalankan perannya sebagai lembaga yang tidak hanya membekali ilmu keislaman, tetapi juga membentuk karakter dan kepemimpinan.
Transmisi Ilmu-ilmu Keislaman
Dayah Nurul Islam menerapkan sistem pendidikan terpadu yang menggabungkan kurikulum pendidikan umum dan pendidikan dayah. Di jenjang Tsanawiyah dan Aliyah, santri tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu agama, tetapi juga mengikuti mata pelajaran umum sebagaimana kurikulum pendidikan nasional.
Pada tingkat Tsanawiyah, mata pelajaran umum yang diajarkan meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS, Matematika, PPKN, Seni Budaya, PJOK, dan Pendidikan Agama. Sementara pada tingkat Aliyah, mata pelajaran yang diajarkan meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Kimia, Ekonomi, Matematika, Sosiologi, PPKN, Sejarah Umum, serta Pendidikan Agama.
Adapun untuk pendidikan keislaman, dayah ini menggunakan kitab kuning sebagai rujukan utama dalam pengajaran. Di tingkat Tsanawiyah, santri mempelajari pelajaran fikih dengan menggunakan Matan Taqrib karya Abi Suja’ Ahmad bin Husain untuk kelas I, Bajuri Jilid I dan II karya Ibrahim al-Bajuri untuk kelas II dan III. Pelajaran nahwu diajarkan dengan kitab Matan Jurumiyyah oleh Ibnu Ajurrum di kelas I, serta Mukhtashar Jiddan oleh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan untuk kelas II dan III. Ilmu shorof diajarkan melalui kitab Dhommun karya Musthafa Saqa di kelas I, Matan Bina oleh Abu Syuja di kelas II, dan Tasrif karya Hasan bin Ahmad di kelas III.
Untuk pelajaran tasawuf, digunakan kitab Taisir al-Akhlak karya Hafidz Hasan al-Mas’ud di kelas I dan Ta’lim al-Muta’allim karya al-Zarnuji di kelas II dan III. Hadis diajarkan dengan kitab Arba’in Nawawi oleh Abu Zakaria an-Nawawi, sedangkan pelajaran sejarah Islam (tarikh) disampaikan melalui kitab Khulasau Rasyidin karya Umar Abd Jabbar dalam tiga jilid untuk masing-masing tingkatan kelas. Pelajaran tauhid menggunakan kitab Akidah Islamiyah oleh Syaikh Basril Ibn Hajji Marghuf untuk kelas I, Akidatul Awwam oleh Sayyid Muhammad al-Marzuqi al-Hasan di kelas II, dan Kifayat al-Awwam oleh Muhammad al-Fudholi untuk kelas III. Selain itu, ilmu tajwid diajarkan melalui kitab Pelajaran Tajwid karya Muhammad Irsyad Thalid Lubis di semua jenjang Tsanawiyah.
Pada tingkat Aliyah, pelajaran fikih menggunakan kitab I’anatu Thalibin karya Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha dalam tiga jilid untuk kelas I hingga III. Pelajaran nahwu menggunakan kitab Kawakib Duriyyah oleh Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bari al-Ahda untuk semua jenjang. Kitab Tasrif oleh Hasan bin Ahmad digunakan untuk pelajaran shorof. Hadis diajarkan melalui kitab Mustaqia Hadist karya Facthur Rahman. Untuk tafsir, digunakan kitab Tafsir Jalalain karya Jalaluddin al-Mahalli. Dalam bidang tasawuf, digunakan kitab Daqoiqul Akhbar karya Syekh Abdurrahman bin Ahmad al-Qadhi. Tarikh tasyri’ (sejarah perkembangan hukum Islam) diajarkan melalui kitab Nurul Yaqin karya Syekh Muhammad al-Khudhari Bek. Pelajaran tauhid menggunakan kitab Kifayatul Awwam, dan nadzam alfiyah menggunakan karya Al-Fiyah oleh Muhammad Abdullah bin Malik.
Penutup
Dayah Nurul Islam memainkan peran penting dalam transmisi ilmu-ilmu keislaman di Aceh, khususnya di wilayah Aceh Utara. Didirikan atas dasar kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan agama yang mudah diakses, dayah ini telah tumbuh menjadi lembaga yang disegani. Sistem pendidikan yang diterapkan menggabungkan pembelajaran kitab kuning dengan kurikulum pendidikan umum, sehingga mampu mencetak generasi yang tidak hanya cakap dalam ilmu agama, tetapi juga kompeten dalam bidang akademik. Hubungan yang harmonis antara dayah dan masyarakat menjadi kekuatan utama dalam pengelolaan dan pengembangan lembaga. Lulusan Dayah Nurul Islam telah memberikan kontribusi signifikan sebagai tokoh agama, ulama, dan pemimpin masyarakat, membuktikan keberhasilan sistem pendidikan yang diterapkan dalam membentuk generasi yang berilmu, berakhlak, dan berintegritas.[]
Penulis : Nanda Yani & Nayla Putri Alya





