LHOKSEUMAWE. Sabtu, 21 Oktober 2023 pukul 20.00 WIB, saya bersama keluarga menghadiri kegiatan “Malam Pengamatan Bulan Internasional” di Gedung Observatorium IAIN Lhokseumawe. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Ilmu Falak Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe. Saya sendiri sebagai dosen di Fakultas Syariah tentu harus mendukung kegiatan ini, setidaknya dapat menghadiri acara tersebut. Kegiatan ini didukung dan dihadiri oleh puluhan mahasiswa jurusan Ilmu Falak.
Dalam kegiatan tersebut, saya bertemu Dr. Ismail, M.A. selaku Kepala Prodi Ilmu Falak. Secara khusus, ia memperlihatkan empat dari tujuh teleskop yang dimiliki Prodi. Saya bersama anak dan istri juga diberikan kesempatan berharga untuk menyaksikan bulan dengan menggunakan teleskop canggih yang dimiliki Prodi. Jujur saja, baru kali ini saya, termasuk istri dan anak saya, menyaksikan struktur permukaan bulan dengan bantuan teleskop canggih. Sebagai dosen di Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, saya bangga Prodi Ilmu Falak memiliki alat-alat canggih yang mendukung pengembangan Ilmu Falak di Aceh.
Sebagai kader Al Washliyah, saya langsung berpikir apakah Al Washliyah memiliki instrumen observatorium ilmu falak, atau apakah Al Washliyah sudah merencanakan untuk membangun sebuah laboratorium atau observatorium ilmu falak. Ustaz Dr. Irwansyah, M.H.I., sebagai Sekretaris Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Pengurus Besar (PB) Al Jam’iyatul Washliyah, menyatakan bahwa BHR sudah pernah merencanakan mendirikan observatorium ilmu falak, namun belum terealisasi karena ketiadaan biaya. Saat ini, BHR belum memiliki biaya untuk membeli alat-alat yang diperlukan yang diperkirakan membutuhkan dana ratusan juta rupiah. Selama ini, ungkap Ustaz Irwansyah, BHR memanfaatkan teleskop milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk melihat hilal, dan terkadang juga memanfaatkan teleskop milik Observatorium Ilmu Falak (OIF) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Berarti, BHR Al Washliyah belum memiliki teleskop dan juga laboratorium dan observatorium ilmu falak yang tentu sangat menunjang kinerja BHR PB Al Washliyah.
Secara khusus, saya menghubungi Ustaz Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-butar, sebagai Kepala OIF UMSU, dan bertanya perihal biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah observatorium ilmu falak sebagaimana yang dimiliki oleh UMSU. Ia mengatakan bahwa sebuah observatorium harus dibangun secara bertahap, karena membutuhkan biaya yang besar. Menurutnya, dibutuhkan biaya sekitar dua milyar rupiah yang digunakan untuk membeli alat dan instalasinya, pelatihan tim, dan mengundang pakar. Dana ini di luar biaya pembangunan gedung dan kantor. Demikian penjelasan Ustaz Dr. Arwin.
Secara terpisah, saya juga mewawancarai Tengku Dr. Ismail sebagai Kepala Prodi Ilmu Falak seputar pembelian intrumen observatorium ilmu falak. Menurutnya, sebuah laboratorium ilmu falak setidaknya memiliki minimal tiga teleskop dalam tiga jenis, perkiraan biaya yang diperlukan untuk membelinya adalah 100 juta rupiah. Ia juga memberikan info perihal alat-alat observatorium ilmu falak sekaligus daftar harganya. Setidaknya, dibutuhkan dana sekitar 199 juta rupiah untuk membeli alat-alat tersebut. Semua ini dibutuhkan untuk membangun sebuah laboratorium dengan standar minimal. Demikian penjelasan Tengku Dr. Ismail.
Berdasarkan informasi dua ahli di atas, semestinya Al Washliyah mampu membangun sebuah laboratorium dengan standar minimal di atas. Al Washliyah memiliki tiga kampus besar yang dapat mendukung pengembangan ilmu falak dalam organisasi Al Washliyah, yakni UMN Al Washliyah, UNIVA Medan dan UNIVA Labuhanbatu karena ketiganya memiliki Fakultas Agama Islam (FAI). Saya kira, kampus-kampus Al Washliyah, secara mandiri maupun kolektif, sangat mampu membeli alat-alat tersebut. Al Washliyah juga memiliki donatur dan kader-kader militan yang tentu berkenan membantu kebutuhan organisasi ini. Di masa depan, saya yakin Al Washliyah mampu memiliki sebuah observatorium ilmu falak yang dapat menjadi kebanggaan organisasi dan umat Islam di Indonesia. Lewat keberadaan Observatorium Ilmu Falak (OIF) Al Jam’iyatul Washliyah, Al Washliyah dapat menjadi organisasi yang berwibawa dan berpengaruh di Indonesia.
Dr. Ja’far, M.A.
- Dosen Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe
- Sekretaris CAS
Penulis : Dr. Ja'far, M.A.