Dayah dan Transmisi Ilmu-Ilmu Keislaman di Aceh: Studi Kasus di Dayah Bustanusa’dah

Selasa, 10 Oktober 2023 - 14:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pendahuluan

Artikel ini secara umum mengkaji peran dayah di Aceh dalam mentransmisikan ilmu-ilmu keislaman. Secara khusus, artikel ini menyoroti dua hal utama: pertama, sejarah dan perkembangan Dayah Bustanusa’dah; kedua, peran dayah ini dalam membelajarkan kitab kuning di Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan berfokus pada kajian kasus Dayah Bustanusa’dah, sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional yang memiliki peranan signifikan dalam pengembangan ilmu keislaman di Aceh.

Melalui pendekatan deskriptif-analitis, penulis mengeksplorasi metode pengajaran dan kurikulum di dayah ini, serta menggambarkan bagaimana peran dayah tidak hanya terbatas pada fungsi edukatif, tetapi juga sebagai pusat pembentukan karakter santri melalui nilai-nilai keislaman. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung dan wawancara dengan pihak pengelola dayah. Kajian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru mengenai peran penting dayah dalam mencetak generasi yang berakhlak mulia dan berpengetahuan luas.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitis. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman mendalam terhadap realitas yang ada di Dayah Bustanusa’dah. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi pada Sabtu, 14 Oktober 2024. Analisis data dilakukan secara interaktif, mencakup proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Objektivitas dijaga melalui diskusi dengan rekan sejawat serta pencatatan sistematis selama proses observasi lapangan.

Sejarah dan Perkembangan Dayah

a. Sejarah Pendirian Dayah

Dayah Bustanusa’dah didirikan pada tahun 1990 oleh Tgk. H. Abdul Gani Rasyid (Abi Gani Aron). Sebelumnya, beliau menempuh pendidikan di Dayah Darussa’adah Matang Panyang (1974–1977) dan kemudian melanjutkan ke Dayah Darussalam Labuhan Haji hingga 1990. Di sana, beliau mendapat kepercayaan untuk mengajar dan menggantikan Abuya H. Muhammad Nasir Wali Lc ketika berhalangan. Setelah menimba pengalaman di dua dayah besar, Abi Gani mendirikan lembaga pendidikan di kampung halamannya, Gampong Glok Aron, Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara.

b. Perkembangan Dayah

Sejak awal berdirinya, dayah ini berkembang dari fasilitas sederhana berupa bilek kayu menjadi 57 bilek permanen. Jumlah santri awalnya sekitar 150 orang, ditambah 150 santri lepas yang hanya hadir saat malam hari. Pada tahun 2024, jumlah santri meningkat menjadi sekitar 300 orang yang berasal dari Aceh dan luar Aceh, seperti Medan. Pada tahun 2018, dayah mendirikan sekolah tingkat tsanawiyah berbasis pendidikan agama. Angkatan pertama sekolah ini terdiri dari 35 santri. Banyak alumni dayah ini yang kini menjadi pendakwah atau mendirikan dayah sendiri, seperti Tgk. Dahlan Jamil dan Tgk. Hasballah.

c. Kompetensi Guru

Dewan guru di Dayah Bustanusa’dah terdiri dari alumni dayah ternama seperti Dayah Darussalam Labuhan Haji dan Dayah Darul Huda Lhok Nibong. Mereka memiliki latar belakang pendidikan agama selama lima tahun atau lebih. Materi ajar meliputi kitab-kitab dasar seperti Safinatun Najah hingga kitab besar seperti Al-Mahalli. Pengajaran tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pembinaan karakter santri. Dukungan dari generasi muda seperti Tgk. Safrizal S.H. dan Tgk. Lahmuddin S.Pd. semakin memperkuat kualitas pendidikan di dayah ini.

Tradisi Kitab Kuning

a. Kurikulum dan Pelajaran

Kurikulum pengajaran di Dayah Bustanusa’dah dibagi berdasarkan jenjang kelas dan waktu pembelajaran (malam dan subuh). Setiap tingkatan memiliki struktur pelajaran yang sistematis dan bertahap, dimulai dari penguatan dasar-dasar ilmu agama hingga penguasaan kitab-kitab besar klasik.

Untuk kelas I, pelajaran yang diajarkan pada malam hari meliputi Fikih, Tauhid, dan Sharaf, sedangkan waktu subuh difokuskan pada pelajaran Nahwu, I’rab, Tasrif, dan Al-Qur’an. Pada kelas II, terdapat penambahan mata pelajaran seperti Hadis, Tasawuf, dan Khulasah, yang mulai mengarah pada pendalaman pemahaman teks-teks keislaman. Sementara itu, di kelas III dan IV, santri mulai mempelajari Mantiq, Ushul Fikih, dan Uqudud Lujain yang lebih bersifat konseptual dan abstrak, disertai penguatan literasi bahasa Arab tingkat lanjut melalui kitab-kitab nahwu dan sharaf yang lebih kompleks.

Kelas IV hingga VI dianggap sebagai jenjang lanjutan atau tingkat tinggi, di mana santri secara intensif mengkaji kitab-kitab turats seperti Al-Mahalli, Sirajut Thalibin, Tafsir Sawi, dan Lataif al-Isyarah. Pelajaran yang diajarkan tidak hanya bertujuan membentuk pemahaman agama yang komprehensif, tetapi juga menanamkan ketekunan dalam membaca, menelaah, dan menghafal.

b. Kitab-Kitab dan Pengarangnya

Salah satu ciri khas pembelajaran di Dayah Bustanusa’dah adalah penggunaan kitab kuning sebagai sumber utama pengajaran. Kitab-kitab tersebut disusun berdasarkan tingkat kemampuan santri.

Pada Kelas Tajhizi atau kelas persiapan, kitab-kitab dasar seperti Safinatun Najah karya Salim bin Sumair al-Hadhrami dan Awamil karya Abdurrahman al-Jurjani digunakan untuk membentuk dasar-dasar fikih dan nahwu. Pelajaran akhlak menggunakan Taisir al-Khalaq karya Hafidz Hasan al-Mas’udi dan Pelajaran Akhlak dari Umar bin Ahmad Baraja. Di samping itu, kitab Irsyadul Mubtadi’ karya Syaikh Nawawi menjadi pegangan untuk santri pemula dalam memahami fikih dasar.

Pada kelas I, santri mulai mengkaji Matan Taqrib karya Syaikh Abu Syuja’, kitab fikih pemula yang populer di berbagai pesantren tradisional. Pelajaran gramatika Arab menggunakan Jurumiyah karya Ibnu Ajurrum dan Matan Bina karya Umar bin Ahmad Baraja. Selain itu, Aqidatul Islamiyah, Khulasah I, dan Tasrif karya KH. Muhammad Ma’shum memperkaya pemahaman tentang tauhid dan morfologi Arab.

Memasuki kelas II, kitab yang digunakan mulai kompleks, seperti Bajuri (syarah atas Taqrib) karya Syaikh Muhammad al-Bajuri, Kawakib I karya Abdul Ghani al-Maqdisi, dan Talim al-Muta’allim karya Abdul Fattah al-Misri. Kitab Tuhfatul Murid dan Matan Arbain menjadi bacaan wajib dalam bidang akhlak dan hadis.

Pada kelas III, santri diperkenalkan dengan I’anatut Thalibin karya Sayyid Abu Bakar Utsman, Kifayatul Awam karya Syaikh Muhammad, dan Tangqihul Qaul karya Abdul Rahman al-Jaziri. Penguatan dalam bidang logika diperoleh dari kitab Sulam al-Munauraq karya Ibnu Aqil al-Hambali serta Takhlis Mantiq oleh H. Mansur.

Kelas IV dan V memfokuskan pada kitab-kitab lanjutan seperti Alfiyah karya Ibnu Malik, Nasaihul Ibad oleh Abdul Rahman al-Jaziri, Salsil Madkhal, dan Hudhudi oleh Abdul Ghani al-Maqdisi. Juga digunakan Mukhtashar Abi Syuja’ dan Nurul Yaqin oleh Muhammad bin Afifi untuk penguatan sejarah dan fikih lanjutan.

Pada kelas VI, kitab-kitab yang dikaji mencerminkan kedalaman materi dan penguasaan santri, seperti Al-Mahalli karya Imam Jalaluddin al-Mahalli, Sirajut Thalibin, Majalis al-Saniyah oleh Abdul Ghani al-Maqdisi, dan Lataif al-Isyarah karya Abdul Qadir al-Jailani. Kitab tafsir seperti Tafsir Sawi oleh Ahmad Sawi dan kajian gramatikal Ibnu Aqil turut diajarkan sebagai bagian dari integrasi antara ilmu bahasa dan tafsir.

Penutup

Dayah Bustanusa’dah yang berdiri sejak tahun 1990 telah memainkan peranan penting dalam menjaga dan mentransmisikan tradisi keilmuan Islam di Aceh. Dengan dukungan pengelola yang berpengalaman dan kurikulum yang terstruktur, lembaga ini berhasil mencetak alumni yang mampu menyebarkan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat. Fasilitas, sistem pendidikan, serta metode pengajaran yang konsisten menjadikan dayah ini sebagai salah satu pusat pendidikan Islam yang unggul dan berkelanjutan.[]

Penulis : Della Saputri & Putri Molyna

*Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe

Berita Terkait

Rabu, 26 Februari 2025 - 07:39 WIB

Karakter Pendidikan Al Washliyah

Minggu, 23 Juni 2024 - 11:41 WIB

LKSA Gelar Diskusi tentang Problematika Korupsi di Indonesia

Sabtu, 1 Juni 2024 - 11:43 WIB

Dr. Ja’far Terima Penghargaan dari PW IPA Sumatera Utara

Senin, 27 Mei 2024 - 05:33 WIB

Dr. Ja’far Akan Sampaikan Materi “Dinamika Ikatan Pelajar Al Washliyah” di Parapat

Sabtu, 28 Oktober 2023 - 10:49 WIB

Sekretaris CAS Bertemu Pengurus Dewan Fatwa Al Washliyah

Jumat, 27 Oktober 2023 - 17:23 WIB

Dewan Pendiri CAS Silaturahmi

Kamis, 26 Oktober 2023 - 00:45 WIB

Direktur CAS Menjadi Narasumber MASIMA

Senin, 23 Oktober 2023 - 05:34 WIB

Pengurus CAS Periode 2023-2028

Berita Terbaru

Organisasi

Karakter Pendidikan Al Washliyah

Rabu, 26 Feb 2025 - 07:39 WIB

Pendidikan

Sekjend PB Al Washliyah Buka Seminar Internasional

Senin, 24 Feb 2025 - 16:17 WIB

Internasional

Al Washliyah Kembali Gelar Seminar Internasional

Senin, 24 Feb 2025 - 11:33 WIB

Pendidikan

Sekretaris CAS Menjadi Pemateri Workshop Internasional

Kamis, 20 Feb 2025 - 10:01 WIB

Pendidikan

Al Washliyah Gelar Workshop Tingkatkan Reputasi Jurnal

Sabtu, 8 Feb 2025 - 02:11 WIB