TANGGAL 22 Desember kembali mengingatkan kita pada sebuah peristiwa kecelakaan pesawat yang terjadi di Kota Teheran, Iran pada tahun 1951, dimana salah seorang pendiri Al Jam’iyatul Washliyah telah menjadi korban dalam kecelakaan tersebut. Ia adalah Ismail Banda (21 April 1909 – 22 Desember 1951) yang merupakan ketua pertama Al Washliyah (periode 30 November 1930 – Juni 1931).
Sebelum peristiwa itu terjadi, Ismail Banda mendapatkan tugas baru dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia. Pada tanggal 30 November 1951, Kemenlu mengeluarkan surat keputusan dimana Ismail Banda ditugaskan sebagai Charge d’affairs pada Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kabul, Afghanistan. Ia kemudian berangkat ke Kabul untuk menjalankan tugas barunya.
Sebelum ke Kabul, ia berangkat dari Kairo dengan menumpangi sebuah pesawat dari Baghdad International Airport, Irak, menuju Tehran-Mehrabad Airport, Iran. Pesawat itu mengitari Kota Teheran sebanyak dua kali dan kemudian hilang kontak dengan pihak bandara hingga akhirnya diketahui telah jatuh terbakar di sekitar Kota Teheran.
Kala itu, kecelakaan pesawat ini termasuk kecelakaan paling parah dan mendapatkan perhatian dari seluruh dunia. Ismail Banda menjadi salah satu korban dalam kecelakaan ini, jenazahnya pun hangus terbakar. Ia akhirnya dimakamkan di Teheran, Iran. Saat itu, bangsa Indonesia khususnya warga Al Washliyah berduka cita dan merasa sangat kehilangan, banyak koran memberitakan peristiwa ini, dan salat gaib diselenggarakan di sejumlah masjid terutama di Kota Medan dan Kota Jakarta.
Ismail Banda merupakan sosok yang penuh teladan. Sebelum mengadakan rihlah ilmiah ke Timur Tengah, ia bersama koleganya mendirikan sebuah ormas Islam yang kelak cukup berpengaruh, yakni Al Washliyah. Saat itu, usianya masih 21 tahun dan telah menjadi seorang guru agama yang visioner.
Pada tahun 1932, pada usia yang masih muda, setelah tamat dari Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT), Ismail Banda rela berjauhan dari keluarganya demi menemui ulama-ulama terkemuka dari mazhab Syâfi‘i dan Ahl al-Sunnah wa al-Jamâ‘h di Madrasah Shaulatiyah dan Masjidilharam. Empat tahun kemudian, petualangan intelektualnya berlanjut ke Kairo, Mesir, dimana ia berguru kepada banyak mahaguru di Universitas al-Azhar. Ia akhirnya meraih gelar B.A. (1940) dan M.A. (1942) dari kampus Islam tertua di dunia tersebut. Uniknya, tidak seperti rekan-rekannya di Medan, ia menekuni bidang Filsafat dan juga Ilmu Pemerintahan, bukan ilmu syariah.
Selama di Kairo, Ismail Banda bukan hanya giat belajar, tetapi juga aktif dalam dunia pergerakan. Saat menjadi mahasiswa Universitas al-Azhar, ia dipercaya sebagai Ketua Perhimpunan Pemuda Indonesia Malaya (Perpindom). Bersama rekan-rekannya, ia sedemikian aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia merupakan hasil perjuangannya bersama teman-temannya di Timur Tengah.
Inilah mengapa ia layak dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Meski menjadi seorang aktivis di Kairo, ia tidak lalai dengan tugas utamanya sebagai mahasiswa, sebagaimana kata Abubakar Aceh (1957: 214) “walau ia (Ismail Banda) sibuk menghadapi soal-soal politik dan persuratkabaran, namun pelajarannya tidak pernah terganggu. Ia mempunyai otak yang baik…”
Presiden Soekarno, melalui sebuah Keputusan Presiden Republik Indonesia, tertanggal 30 Oktober 1952, menyatakan “bahwa almarhum Ismail Banda, semasa hidupnya menjabat pangkat Kuasa Usaha Republik Indonesia di Kabul, telah banyak sekali menyumbangkan tenaga dan jasanya kepada Negara Republik Indonesia.” Ini menunjukkan bahwa Presiden Soekarno mengakui dan mengapresiasi jasa-jasa Ismail Banda bagi bangsa dan negara Indonesia.
Dedikasi Ismail Banda telah direkam dalam sebuah buku berjudul Biografi dan Karya Ismail Banda. Buku ini diterbitkan oleh Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah (LKSA) Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah, telah dilaunching oleh Ketua Umum PB Al Washliyah pada malam ulang tahun Al Washliyah ke-91, dan akan segera dibedah dalam waktu dekat. Nashrun minallâh wa fathun qarîb, wabasysyiril mu’minîn.
Dr. Ja’far, M.A.
• Dosen Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe, Aceh.
• Ketua Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah Periode 2021-2026.
Sumber Berita : https://washliyah.or.id/blog/2021/12/22/presiden-soekarno-akui-banyak-jasa-ismail-banda-untuk-bangsa-dan-negara/